Deru mesin bergema disudut kota yang terkenal bising, mana lagi kalau
bukan kotaku. Selalu saja ada tingkah polah gelagat manusia yang ingin
bergelut dengan tumpah ruahnya kehidupan. Manakala kehidupan ini sudah
terasa penat akan hasil yang diperolehnya, makin aja manusia itu kurang
puas dan bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya. Alhasil perjalannya
selalu menyimpang dari budaya normal, yang dianggap wajar malah
sebaliknya dianggap kurang wajar dan yang dianggap kurang wajar malahan
dianggap wajar, itulah jaman yang sekarang baru dilanda krisis moral
yang berlebihan. Sikut sana sikut sini sudah dianggap tradisi yang sudah
tidak asing lagi, bahkan kriminalisasi ekstrim sudah berkembang
diantara panorama kehidupan ini. Tidak ubahnya seperti perawan ndeso
yang berlagak cassanova, Minah namanya.
Minah adalah gadis ndeso yang agak tomboy, namun cara pandang dia sangatlah cupet alias cuper dan kurang bergaul dengan temen sebayanya di daerahnya. Bapaknya yang buruh pabrik sandal jepit merasa kurang mampu dalam mendidik anak-anaknya yang semakin tumbuh dewasa, dan ibunya berprofesi sebagai babu di tempat ndoro juragan tembakau. Suatu saat sang ndoro ngendiko sama ibunya Minah, "Anakmu itu mbok kon sekolah yu, ojo mok jarno wae koyo jaran liar sing gaweane sesobo". Ibunya Minah menjawab: "Ndoro ingkang kagem biaya nyekolahaken meniko ngagem menopo?, kulo rak namung babu sak dermo anggenipun dipun paringi saking ndoro to. "Ya sudah anakmu wedok kon nyambut gawe neng kene wae, tak kon momong anaku kuncung sing isih cilik kuwi". Kata ndoro juragan tembakau.
Hari demi hari terlewati Minahpun krasan dengan kerjaannya, namun karena setiap harinya ndoro selalu melihat kemolekan dan kesintalan tubuh Minah, setanpun mulai menggelayuti raga sang ndoro. Suatu malam si kuncung yang masih kecil sakit dan selalu memanggil si Minah, sang ndoro lalu menyuruh pembantu yang lain untuk memanggil Minah ke rumahnya. Malam itu juga Minah berangkat dengan mata yang nanar karena masih dalam keadaan ngantuk berat menuju rumah sang ndoro. "Ini Minah sudah datang ndoro" kata sang pembantu, "Kon mlebu kamare kuncung wae disik, bocahe ketmau nangis ora gelem meneng je" kata sang ndoro. Lalu Minah menggendong kuncung dengan penuh kelembutan. Setelah tugasnya diselesaikan dengan baik dan kuncungpun tidur dengan pulasnya, Minahpun bergegas ingin pamit pulang. "Ora usah bali nduk, iki wis wengi, ora apik cah wedok bali wengi-wengi ndak dikiro sing ora-ora karo tonggo". Celetuk sang ndoro. Jawab Minah "Mboten menopo-nopo ndoro, kulo wantun kok". Namun karena setan telah menggelitik sang ndoro, kemudian Minahpun dikudoparipekso. Dengan sekuat tenaganya Minah berontak, tapi karena dia perempuan ya tetap perempuan yang lemah dihadapan lelaki. Dengan ganasnya sang ndoro melampiaskan nafsu setannya pada Minah. Lolongan tangispun mendera dimulut Minah, "Oalah Gusti nyuwun paringono kawelasan dumateng kulo". Gumam si Minah.
Selang beberapa waktu lamanya Minah pamit ingin bekerja di kota yang dianggap ramah. Sebuah nistapun disimpannya untuk diri sendiri walau seperti tersayat sembilu rasanya. Segeralah Minah pamit untuk pergi bekerja dikota Jogja, dengan langkah gontai iapun berangkat setelah dapat restu dari kedua orang tuanya. Tujuannya ke Jogja, namun dengan tatapan kosong ntah mau kemana tujuan yang jelas, tapi Jogja yang ia tuju. Diperjalanan Minah berkenalan dengan pemuda ganteng yang katanya juragan batik yang sering mangkal dikaki lima Malioboro. Minah seolah-olah percaya akan apa yang ia bicarakan. "Dik apakah kamu mau bekerja dengan saya?" Kata pemuda itu. "Mau mas asalkan halal". Jawab Minah. Senjapun mulai menuju ufuk dan semakin petang. Minah bingung akan tempat tinggal yang akan ia tuju, karena di Jogja ia tidak memiliki satupun famili. "Adik mau ke tempat saya, nanti biar semua untuk penginapan pembantu saya yang mengurusnya". Kata pemuda itu. "Nanti malah ngrepoti mas". Jawab Minah. "Nggak dik ada kamar banyak kok dirumah saya". Celetuk pemuda ganteng itu. Minahpun sampai dirumah pemuda yang ia kenal di dalam angkot tadi. Sesampainya dirumah pemuda itu, Minahpun segera membersihkan badan dan merasa sedikit kelelahan, tak disadarinya iapun terlelap tidur dan lupa akan makan malamnya. "Dik Minah ayo kita makan bersama-sama". Si pemuda memanggilnya. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari kamar Minah. Pemuda itupun menghampiri kamar yang ada paling sudut belakang rumahnya, alhasil apa yang ia lihat gaun malam Minah agak sedikit tersingkap dan paha mulus Minahpun terlihat. Tak berapa lama kemudian malam mulai sunyi dan keadaan rumahpun sudah tidak ada kehidupan lagi alias sudah pada tidur semua. Pemuda itu mengendap-endap ke kamar Minah, lalu dengan sontak iapun berbuat tidak wajar terhadap gadis ndeso yang tomboy.
Penulis:
Ini hanyalah sebuah cerita rekayasa fiktif, maaf bila ada nama yang ada kemiripan dalam cerita ini...
Minah adalah gadis ndeso yang agak tomboy, namun cara pandang dia sangatlah cupet alias cuper dan kurang bergaul dengan temen sebayanya di daerahnya. Bapaknya yang buruh pabrik sandal jepit merasa kurang mampu dalam mendidik anak-anaknya yang semakin tumbuh dewasa, dan ibunya berprofesi sebagai babu di tempat ndoro juragan tembakau. Suatu saat sang ndoro ngendiko sama ibunya Minah, "Anakmu itu mbok kon sekolah yu, ojo mok jarno wae koyo jaran liar sing gaweane sesobo". Ibunya Minah menjawab: "Ndoro ingkang kagem biaya nyekolahaken meniko ngagem menopo?, kulo rak namung babu sak dermo anggenipun dipun paringi saking ndoro to. "Ya sudah anakmu wedok kon nyambut gawe neng kene wae, tak kon momong anaku kuncung sing isih cilik kuwi". Kata ndoro juragan tembakau.
Hari demi hari terlewati Minahpun krasan dengan kerjaannya, namun karena setiap harinya ndoro selalu melihat kemolekan dan kesintalan tubuh Minah, setanpun mulai menggelayuti raga sang ndoro. Suatu malam si kuncung yang masih kecil sakit dan selalu memanggil si Minah, sang ndoro lalu menyuruh pembantu yang lain untuk memanggil Minah ke rumahnya. Malam itu juga Minah berangkat dengan mata yang nanar karena masih dalam keadaan ngantuk berat menuju rumah sang ndoro. "Ini Minah sudah datang ndoro" kata sang pembantu, "Kon mlebu kamare kuncung wae disik, bocahe ketmau nangis ora gelem meneng je" kata sang ndoro. Lalu Minah menggendong kuncung dengan penuh kelembutan. Setelah tugasnya diselesaikan dengan baik dan kuncungpun tidur dengan pulasnya, Minahpun bergegas ingin pamit pulang. "Ora usah bali nduk, iki wis wengi, ora apik cah wedok bali wengi-wengi ndak dikiro sing ora-ora karo tonggo". Celetuk sang ndoro. Jawab Minah "Mboten menopo-nopo ndoro, kulo wantun kok". Namun karena setan telah menggelitik sang ndoro, kemudian Minahpun dikudoparipekso. Dengan sekuat tenaganya Minah berontak, tapi karena dia perempuan ya tetap perempuan yang lemah dihadapan lelaki. Dengan ganasnya sang ndoro melampiaskan nafsu setannya pada Minah. Lolongan tangispun mendera dimulut Minah, "Oalah Gusti nyuwun paringono kawelasan dumateng kulo". Gumam si Minah.
Selang beberapa waktu lamanya Minah pamit ingin bekerja di kota yang dianggap ramah. Sebuah nistapun disimpannya untuk diri sendiri walau seperti tersayat sembilu rasanya. Segeralah Minah pamit untuk pergi bekerja dikota Jogja, dengan langkah gontai iapun berangkat setelah dapat restu dari kedua orang tuanya. Tujuannya ke Jogja, namun dengan tatapan kosong ntah mau kemana tujuan yang jelas, tapi Jogja yang ia tuju. Diperjalanan Minah berkenalan dengan pemuda ganteng yang katanya juragan batik yang sering mangkal dikaki lima Malioboro. Minah seolah-olah percaya akan apa yang ia bicarakan. "Dik apakah kamu mau bekerja dengan saya?" Kata pemuda itu. "Mau mas asalkan halal". Jawab Minah. Senjapun mulai menuju ufuk dan semakin petang. Minah bingung akan tempat tinggal yang akan ia tuju, karena di Jogja ia tidak memiliki satupun famili. "Adik mau ke tempat saya, nanti biar semua untuk penginapan pembantu saya yang mengurusnya". Kata pemuda itu. "Nanti malah ngrepoti mas". Jawab Minah. "Nggak dik ada kamar banyak kok dirumah saya". Celetuk pemuda ganteng itu. Minahpun sampai dirumah pemuda yang ia kenal di dalam angkot tadi. Sesampainya dirumah pemuda itu, Minahpun segera membersihkan badan dan merasa sedikit kelelahan, tak disadarinya iapun terlelap tidur dan lupa akan makan malamnya. "Dik Minah ayo kita makan bersama-sama". Si pemuda memanggilnya. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari kamar Minah. Pemuda itupun menghampiri kamar yang ada paling sudut belakang rumahnya, alhasil apa yang ia lihat gaun malam Minah agak sedikit tersingkap dan paha mulus Minahpun terlihat. Tak berapa lama kemudian malam mulai sunyi dan keadaan rumahpun sudah tidak ada kehidupan lagi alias sudah pada tidur semua. Pemuda itu mengendap-endap ke kamar Minah, lalu dengan sontak iapun berbuat tidak wajar terhadap gadis ndeso yang tomboy.
Penulis:
Ini hanyalah sebuah cerita rekayasa fiktif, maaf bila ada nama yang ada kemiripan dalam cerita ini...